Merdeka dari Air Tak Sehat, Viesmann Solusi Pembersih dan Pemurni Air Berstandar Tinggi

Vitopure dari Viessmann merupakan solusi atas kondisi pasokan air perkotaan yang cenderung mengandung sedimen, mineral, mikroba, terkontaminasi tinja, E-coli dan zat lain yang membahayakan kesehatan. Namun, pemurni dan pelembut air berteknologi tinggi dari Jerman ini dapat menghasilkan air yang bersih dan aman.

Vitopure S2. Pemurni Air Sentral dari Viessmann. (ist. viessmann.id)

Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) atau United Nations General Assembly, secara tegas sudah mengakui hak asasi manusia atas air dan sanitasi sejak 2010 lalu. Setiap orang berhak atas air yang cukup, berkelanjutan, aman, dapat diakses secara fisik, dan terjangkau untuk penggunaan pribadi dan rumah tangga.

Air yang aman dan mudah didapat penting bagi kesehatan manusia, utamanya untuk keperluan minum dan kebutuhan aktivitas rumah tangga. Karena itu Majelis Umum PBB menetapkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 6 (SF 6 atau Tujuan Global 6), yakni "memastikan ketersediaan dan pengelolaan air dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua”. 

Sasaran 6.1 menyerukan akses universal dan merata terhadap air minum yang aman dan terjangkau. Indikator layanan air minum yang aman adalah yang berada di lokasi, tersedia saat dibutuhkan, dan bebas dari kontaminasi tinja dan bahan kimia prioritas.

Sayangnya, seperti disebutkan World Health Organization (WHO) bahwa secara global, setidaknya 1,7 miliar orang menggunakan sumber air minum yang terkontaminasi tinja pada 2022. Pencemaran mikroba pada air minum akibat kontaminasi tinja menimbulkan risiko terbesar terhadap keamanan air minum.

Air minum yang terkontaminasi mikroba dapat menularkan penyakit diare, kolera, disentri, tifus, dan polio. Diperkirakan sekitar satu juta orang meninggal setiap tahun akibat diare dari air minum, sanitasi, dan kebersihan tangan yang tidak aman.

Bahaya lainnya, pada tahun 2021 lebih dari 251,4 juta orang memerlukan perawatan pencegahan untuk penyakit schistosomiasis (penyakit akut dan kronis yang disebabkan oleh cacing parasit yang ditularkan melalui paparan air yang terkontaminasi).

Kualitas Air Rumah Tangga Indonesia

Bagaimana kondisi di Indonesia? Indonesia sendiri masih menghadapi kesulitan dalam akses terhadap air yang bersih dan aman.

Menurut data WHO pada 2020, hanya 83% dari rumah tangga Indonesia yang memiliki akses ke air minum yang aman. Bahkan sebuah studi dari UNICEF di tahun 2022 lalu, melaporkan bahwa hampir 70% sumber air minum di perumahan Indonesia terkontaminasi limbah tinja.

Gambaran yang tidak berbeda jauh juga ditunjukkan hasil Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT) dari Kementerian Kesehatan pada tahun 2020. Hasil studi ini menyatakan bahwa 7 dari 10 rumah tangga Indonesia mengonsumsi air minum yang terkontaminasi bakteri Escherichia coli (E-coli).

Studi itu juga memperlihatkan bahwa 31 persen rumah tangga di Indonesia mengonsumsi air isi ulang, 15,9% dari sumur gali terlindungi, dan 14,1% dari sumur bor/pompa. Sementara akses air minum layak di Indonesia mencapai 93 persen, dan akses air minum aman hanya 11,9 persen.

Minimnya akses terhadap air bersih dan layak, seperti yang disebutkan UNICEF dan SKAMRT tersebut, juga masih dialami sejumlah warga di perkotaan. 

Pasokan air tanah di kota biasanya mengandung sedimen, mineral, dan zat lain yang membuat air menjadi sadah–air yang mempunyai kandungan mineral tinggi–berbeda dengan “air lunak”. Bahkan dapat mencemari perangkat air rumah tangga. Keberadaan bahan kimia secara alami, terutama di air tanah, juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan, termasuk arsenik dan fluorida.

Begitupun bahan kimia lain, seperti timbal, dapat meningkat dalam air minum akibat pelindian (proses ekstraksi zat dari padat dengan melarutkannya dalam cairan, baik secara alami maupun melalui suatu proses industri) dari komponen pasokan air yang bersentuhan dengan air minum.

Endapan lumpur memenuhi toren, sehingga harus rutin dibersihkan dalam rentang satu bulan sekali (foto: Abdullah Karim S/artikelakaes.blogspot.com)

Misalnya di Kota Bekasi, Jawa Barat. Setidaknya ada dua sumber air di kawasan tempat tinggal saya, Bekasi Timur, Kota Bekasi, yakni air pipa dan air tanah (sumur bor/pompa).

Secara kasat mata, air yang bersumber dari pipa jauh lebih bersih dan bening, sekalipun dalam waktu tertentu, air yang masuk ke dalam rumah-rumah masih kecil dan berbau. 

Meski demikian, air pipa masih bisa diminum setelah sebelumnya dimasak. Sayangnya, menurut data Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (PERPAMSI), pada 2023, baru 19,47% rumah tangga yang memiliki akses terhadap air pipa. 

Beda lagi dengan air tanah yang setiap saat alirannya rata-rata sangat melimpah (banyak). Tetapi permasalahan air tidak hanya dari sisi kuantitas tapi juga dari sisi kualitas. 

Air di lingkungan saya misalnya, rata-rata terlihat keruh, kekuning-kuningan, berkerak dan berminyak. Bak penampungan, lantai kamar mandi, gayung, keran air, hingga tandon atau toren air turut menguning, berkerah, berlumpur dan tampak kotor.

Mirisnya, air tanah ini hanya bisa digunakan untuk mandi dan mencuci. Air tanah sama sekali tidak bisa dikonsumsi sekalipun sudah dimasak.

Pada akhirnya, warga yang tidak menjangkau air pipa, harus membeli air untuk memasak dari tukang air yang berkeliling di perumahan warga setiap pagi dan sore. Tidak sedikit pula masyarakat yang ketergantungan terhadap air isi ulang atau air minum kemasan (galon).

Filtrasi Tradisional Tak Selesaikan Persoalan

Secara kasat mata air yang keluar dari penyaring tradisional (kain) memang tampak bening, tetapi tetap akan keruh ketika ditampung dalam ember atau bak (foto: Abdullah Karim S/artikelakaes.blogspot.com).

Berbagai macam cara sudah dicoba untuk mengatasi air tanah yang keruh, kuning, berkerak dan berminyak tersebut. Mulai dari metode filtrasi tradisional, menggunakan penyaring yang sangat sederhana hingga memakai penyaring air yang dijual di pasaran. Namun hasilnya tidak pernah memuaskan.

Filtrasi tradisional misalnya dengan memanfaatkan ember berkapasitas 15 sampai 20 liter yang diisi lapisan pasir, sabut atau ijuk, dan kerikil. Selapis pasir dan masing-masing dua lapis untuk ijuk dan kerikil. Ember yang bagian bawahnya sudah dibolongi ini, kemudian ditempatkan di atas bak penampungan air, tepat di bawah keran air.

Secara kasat mata, air yang keluar dari ember penyaring tradisional ini memang lebih jernih, tetapi tetap berbau dan menghabiskan banyak waktu.

Setiap tiga hari, ember penyaring harus dikuras. Pasir, serabut, dan kerikil dikeluarkan dari ember dan dicuci. Kalau tidak dikuras, air yang mengalir dari keran ke ember akan meluap. Sebab, ember penyaring sudah penuh endapat “lumpur” dan air tidak akan keluar lagi dari lobang di bawah ember.

Cara lainnya, menggunakan kain atau kaus kaki bekas. Kaus kaki dipotong antara 10 hingga 15 cm dari bagian jari. Selanjutnya keran dimasukkan ke dalam kaus kaki dan ujung atasnya diikat ke keran.

Hasilnya tidak berbeda jauh dengan ember penyaring, bahkan kaus kaki ini harus dibuka dan dicuci setiap hari agar air bisa mengalir. Begitupun dengan penyaring atau filter yang banyak dijual dipasaran, tidak membawa hasil yang menyenangkan.

Hingga suatu waktu seorang teman berkunjung ke rumah saya. Melihat keadaan kamar mandi, ia menyarankan agar menggunakan produk brand “Viessmann” seperti yang ia gunakan di rumahnya. Bisa untuk pelembut dan pemurni air rumah tangga maupun pelembut dan pemurni air minum.

Ia menyebut nama Vitopure S4-RO-800G, salah satu seri Vitopure dari Viessmann. Katanya, produk Viessmann menjadi solusi inovatif dalam menyediakan air murni dan sehat bagi masyarakat luas, sesuai keinginan dan yang dicari keluarganya selama ini. Filterisasi secara tradisional tak lagi memadai, tapi perlu teknologi inovatif dari Viessmann.

Vitopure S4-RO, kata dia, menggunakan reverse osmosis (RO), proses penyaringan mekanis multi-tahap, serta proses penyaringan kimiawi untuk membersihkan air secara mendalam agar dapat digunakan untuk minum dan memasak.

Ia mengaku, sudah melihat bukti dan merasakan manfaat air yang sangat bersih, segar, dan lebih sehat, baik yang untuk diminum maupun untuk kebutuhan kamar mandi. 

“Pemurni dan pelembut airnya dari Viessmann, benar-benar menghasilkan air yang bersih, aman, dan membuat air keran menjadi layak minum. Begitu juga untuk mandi dan kebutuhan di kamar mandi lainnya,” tuturnya bersemangat.

Momen hadirnya Vitopure di rumahnya, ia ibiarkan layaknya perayaan kemerdekaan Indonesia yang diraih pada 17 Agustus 1945 lalu. Jika Indonesia terbebas dari penjajahan, maka rumahnya terbebas dari sedimen, seperti kotoran, pasir, ganggang, kuman, virus, dan bakteri. Bahkan terbebas dari klorin, kloroform, dan bahan kimia, pestisida atau polutan lainnya.

“Merdeka dari penjajahan tidak lepas dari peran para pahlawan dan seluruh rakyat Indonesia di masa lalu perjuangan. Sekarang saatnya kita harus membebaskan diri dari air yang tidak sehat,” jelasnya bergairah.

Vitopure, Solusi Permasalahan Ketersediaan Air Bersih

Vitopure S4-RO. Pemurni air minum dari Viessmann (ist. viessmann.id)

Penasaran dengan saran kawan tersebut, saya kemudian melakukan googling, dan Google menampilkan: viessmann.id, di sini.

Dari sekian banyak produk Viessmann, diantaranya ada Vitopure pelembut dan pemurni air rumah tangga. Mulai dari seri Vitopure S1, Vitopure S2, Vitopure S3, Vitopure S4, Vitopure S5, dan Vitopure S6.  Ada juga pelembut dan pemurni air minum, yakni Vitopure S4-RO.

Seri Vitopure untuk Air yang bersih dan aman dari Viessmann tersebut, menawarkan teknologi pengolahan air rumah tangga dan air minum terdepan. Masing-masing seri menghadirkan fitur-fitur canggih untuk kebutuhan mencuci, mandi dan konsumsi air minum dalam bentuk perangkat elektrik maupun non-elektrik.

Disebutkan, Vitopure S1, S2, S5, dan S6 dapat mencegah sedimen, karat, ganggang, dan zat berbahaya lainnya untuk masuk ke dalam sumber air. Selain itu juga meningkatkan daya tahan alat-alat rumah tangga, seperti mesin pencuci piring, mesin cuci dan pemanas air.

Penyaringan air Vitopure tersebut dapat memperpanjang usia semua peralatan yang menggunakan air, seperti mesin pencuci piring, mesin cuci, pancuran, dan lainnya.

Adapun seri S3 berfungsi untuk mengangkat kandungan mineral seperti kalsium dan magnesium yang dapat mengakibatkan penumpukan kerak, sehingga menawarkan manfaat positif pada kulit dan rambut.

Sedangkan S4-RO menerapkan filtrasi bertahap yang dapat membuat air keran di rumah menjadi bersih, aman dan layak minum. Sebab, seri ini mengaplikasikan penyaringan karbon aktif terkompresi yang menghilangkan warna, bau dan rasa pada air.

Dijelaskan bahwa Vitopure S4-RO adalah sebuah proses penyaringan mekanis dan kimiawi multi-tahap. Proses ini didasarkan pada membran yang dapat ditembus sebagian untuk  memisahkan ion, molekul yang tidak diinginkan, dan partikel yang lebih besar dari air dengan akurasi penyaringan yang maksimal.

Vitopure S4-RO, mampu menghilangkan sedimen (seperti kotoran, pasir, ganggang, dan lainnya), menghilangkan kuman, virus, dan bakteri. Dapat menyerap klorin, kloroform, dan bahan kimia (pestisida atau polutan lainnya) secara efektif.

Termasuk menghilangkan logam berat (timbal, merkuri, dan lainnya), bau dan warna. Hingga akhirnya menghasilkan air yang jernih, higienis, dan segar.

Selain itu, ukurannya ringkas dan pemasangannya mudah, baik di atas meja atau di bawah wastafel. Tak perlu susah-susah mengangkat galon air. Hasilnya: aliran air murni yang dapat diminum tanpa hambatan dari keran khusus filter dengan laju aliran 2,2 liter per menit. 

Komitmen Viessmann Hadirkan Air Higienis, Efisiensi dan Berkelanjutan

Selain memastikan higienitas, solusi air        Viessmann juga sekaligus menawarkan keberlanjutan lingkungan dan menciptakan ruang untuk generasi mendatang (foto: Abdullah Karim S/artikelakaes.blogspot.com).

Hadirnya pemurni dan pelembut airnya dari Viessmann, dapat menghasilkan air yang bersih, aman, dan membuat air keran menjadi layak minum.

Selain memastikan higienitas, solusi air Viessmann ini juga dapat membantu mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap air isi ulang atau air minum kemasan (galon). Ini sekaligus menawarkan keberlanjutan lingkungan dan efisiensi.

Hal itu tidak lepas dari komitmen Viessmann, menciptakan ruang hidup bagi generasi mendatang. Ini pula komitmen yang dibawa Viessmann dari Jerman ke Indonesia. Kecanggihan teknologi yang dimiliki Viessmann, menjadi solusi untuk masalah air yang dihadapi masyarakat Indonesia selama ini.

Berbarengan dengan perayaan hari jadi Vitopure yang ketiga tahun ini di Asia Tenggara–khususnya Indonesia–Viessmann memperingatinya dengan menghadirkan solusi inovatif yang telah dirancang untuk menyediakan air murni dan sehat bagi masyarakat Indonesia.

Usia Viessmann memang baru tiga tahun hadir di wilayah Asia Tenggara, termasuk di Indonesia, tepatnya April 2021. Namun, pengalaman menciptakan kualitas hidup terbaik, tak perlu diragukan lagi.

Sebab, Viessmann adalah pemimpin global dalam penyedia solusi perangkat pemanas, pendingin, kualitas air dan udara terdepan yang sudah ada sejak tahun 1917 di Allendorf, Jerman. Selama itu juga, Viessmann terus membantu meningkatkan kondisi hidup masyarakat dunia.

Mengedukasi pentingnya keberlanjutan iklim melalui produknya (pemanasan, pendinginan, kualitas air dan udara) dan solusi energi terbarukan yang memainkan peran inti dalam transisi energi menuju masa depan net-zero. aks



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bersama Menyudahi Kompleksitas Stunting, dari Pencegahan hingga Pentingnya Asupan Protein Hewani

Tebar Senyum Kebaikan, 31 Tahun Dompet Dhuafa Mengubah "Mustahik" Jadi 'Muzakki"