Lacedream Macrame, UMKM Pemberdaya Perempuan Jangkau Pasar Mancanegara
AKaeS - Lacedream Macrame merupakan brand usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang didirikan Fitri Aprilia, pada 2019 lalu. UMKM binaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) ini memproduksi beragam Home Decor and Craft. Antara lain, sandal, hiasan dinding, cermin, tas, aksesoris, kursi, bantal, dan banyak produk lainnya.
Based Lacedream Macrame yang mulai berkembang saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada 2020 ini berada di Depok, Jawa Barat.
Ide munculnya Lacedream Macrame sendiri berawal saat Fitri menempati rumah baru dan membuat hiasan dinding berupa "makrame". Seni yang menyatukan simpul yang terdiri atas beberapa tali atau benang untuk membuat sebuah karya tangan.
"Saat pandemi Covid-19 itu, suami saya putus kerja. Kemudian founder melihat ada peluang besar dari usaha ini sehingga mulai fokus berjualan hiasan dinding tersebut," kisah perempuan kelahiran April 1991 ini kepada akaes.
Seiring waktu berjalan, usahanya ini mendapat hati konsumen lantaran memiliki ciri khas yang kuat. Ciri khas yang utama adalah sebagai pelopor sandal makram pertama di Indonesia. Kemudian pelopor tenun makram pertama yang disempurnakan dengan penggunaan warna-warna earth tone.
Warna-warna dengan nuansa keindahan elemen alam seperti batu, hutan, laut, dan tanah ini kerap menjadi warna yang digunakan Lacedream Macrame. Berbagai warna yang awalnya jarang digunakan tersebut, justru juga menjadi pembeda produk Lacedream Macrame dari yang lain.
Selain memiliki ciri khas sendiri, Lacedream Makrame memiliki motto pemberdayaan perempuan, yakni: "uniting home decor enthusiasts through macrame since 2019. Women Empowerment by macrame piece at a time".
Motto tersebut sejalan dengan proses produksi yang dilakukan Lacedream Macrame, yakni 100 persen dilakukan oleh pengrajin, khususnya perempuan. Mulai dari pemilihan material tali katun, kayu, proses pengaplikasian desain, hingga ke tahap finishing.
Memang sejak berdiri, harapan utamanya adalah bisa memberdayakan perempuan. Saat ini Lacedream sudah merangkul beberapa pengrajin lokal dari berbagai daerah seperti Bantul, Bali, dan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi).
Begitupun dengan pemilihan nama Lacedream Macrame yang tidak disengaja Fitri sebagai founder, saat melihat sebuah produk bernama dream catcher.
"Di produk tersebut terdapat renda yang menjuntai, dalam benak saya saat itu terbesit bahwa seharusnya dari renda ini juga ada mimpi besar. Mimpi-mimpi dimana usaha ini bisa terus maju, berkembang dan memberi manfaat bagi sesama," kenangnya.
Dari sisi pemasaran, Lacedream Macrame, awalnya hanya memanfaatkan sejumlah e-commerce dan marketplace online. Namun sejak menjadi binaan BRI, Lacedream Macrame konsisten mengikuti setiap pameran yang diselenggarakan oleh sejumlah BUMN, utamanya BRI setelah menjadi binaan Bank BUMN ini.
Lacedream, lanjut Fitri, menjadi binaan BRI Cabang Depok, Jawa Barat sejak 2019. Menjadi binaan BRI diakuinya, banyak mendatangkan manfaat dan kemudahan bagi Lacedream selaku UMKM. Diantaranya, BRI banyak memberikan kesempatan dan ruang, mulai dari pameran, pelatihan, pemasaran, promosi, modal bahkan kesempatan bertemu dengan buyer. Kesempatan yang tentu sangat membantu dan berharga.
Selain fokus mentargetkan market di beberapa kota besar di seluruh Indonesia, Lacedream juga mulai merambah pasar internasional, seperti: Malaysia, Singapura, Australia, dan Kuwait.
Berkat kesempatan yang diberikan BRI tersebut, penjualan Lacedream rata rata meningkat hingga 60 persen. Rata-rata penghasilan setiap bulan mencapai 1 hingga 50 juta.
Termasuk dari sisi jumlah karyawan juga turut menambah lapangan kerja bagi masyarakat. Ketika di 2019 hanya dijalankan satu orang pekerja, yakni founder sendiri, tetapi tahun 2023 ini Lacedream sudah memiliki 15-20 perempuan pengrajin.
Harapan Fitri selanjutnya, Lacedream Macrame dapat terus menjadi binaan Bank BRI. Kemudian dibukakan jalan bisa mengikuti ajang pameran internasional, memperluas pangsa pasar luar negeri, dapat melakukan ekspor dalam jumlah yang lebih besar, dan bisa memperluas market lokal dengan hadir di berbagai market offline.
"Sebagai penyumbang PDB terbesar, kami berharap pemerintah terus mendukung para UMKM dengan menghadirkan program-program menarik dan memberikan banyak kesempatan dan ruang untuk kami terus berkarya di Indonesia sampai ke kancah internasional," pungkasnya. aks
Komentar
Posting Komentar